Kamis, 23 Juni 2011

penyapa lampu

langit, reranting kabel optik dengan
buah-buah edge yang mengkal,
sulur-sulur sinyal berjatuhan
di atap rumah, di pekarangan

dari rerimbun berry hitam sepasang
mata mengapung sehabis mengicau
rindu pada kota kelahiran, rindu
sebuah pulang

pulang, cita-cita setiap petualang.
tetapi saban hari ia tak bisa berjumpa
pintu rumahnya sendiri sebelum matahari
menarik pulang cahaya atau bulan
leleh setengah matang pada piring
sarapan paginya

kalau sekarang ia rindu kota yang jauh
barangkali sebuah proyeksi citraan
seperti yang menimpa musafir ketika
kehausan di padang pasir

atau

sebenarnya bukan apa-apa
hanya rindu, perasaan abstrak
yang sulit disisihkan dari
dadanya, itu saja.


oleh :  hujan_utara  

0 komentar:

Posting Komentar