langit, reranting kabel optik dengan
buah-buah edge yang mengkal,
sulur-sulur sinyal berjatuhan
di atap rumah, di pekarangan
dari rerimbun berry hitam sepasang
mata mengapung sehabis mengicau
rindu pada kota kelahiran, rindu
sebuah pulang
pulang, cita-cita setiap petualang.
tetapi saban hari ia tak bisa berjumpa
pintu rumahnya sendiri sebelum matahari
menarik pulang cahaya atau bulan
leleh setengah matang pada piring
sarapan paginya
kalau sekarang ia rindu kota yang jauh
barangkali sebuah proyeksi citraan
seperti yang menimpa musafir ketika
kehausan di padang pasir
atau
sebenarnya bukan apa-apa
hanya rindu, perasaan abstrak
yang sulit disisihkan dari
dadanya, itu saja.
oleh : hujan_utara
Kamis, 23 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar