Haruskah semua mempunyai akhir?
Kami duduk memandangi taman luas, rerimbunan yang diam sayu mengusap wajah kuyu pendatang menyapu anak-anak rambut balita berpipi merah jambu, ia terus menjilat es krim memandangi warna stroberi yang punya selaksa daya pikat
Kami duduk bersama diam, hiruk pikuk ada di dalam sini dalam benak yang penuh kata-kata, puisi tak selesai, cerita yang berkali-kali dihapus untuk ditulis ulang, nyanyian malam yang digumamkan pasrah bersama sebaris nada patah
Kami duduk sesekali menarik napas, berpandangan, berpegangan tangan, melepas lalu menggenggam sebongkah janji putih pias mungkin tak lagi asli yang bahkan kini pelan-pelan membatu
Tak ada kata tak ada tawa tak ada senyum tak ada sisa sedikitpun bahkan kesayuan matamu yang kesakitan
Aku di sini, ibu
Sendiri mengumpulkan semua kenangan itu satu-satu
Layaknya kanak-kanak mengumpulkan daun-daun gugur untuk disimpan di lapik tidurnya
(Mengenang Ninong, Maret 2011)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar