ia tak akan beranjak dari tepi jendela ketika gerimis mulai menjeda harinya. kakinya seperti melekat pada lantai, bibirnya terkunci dalam kebisuan yang paling sunyi. hanya pikirannya saja yang terbiar tak berbatas, menyusuri tiap relungrelung kisah yang membuatnya begitu mencintai gerimis.
tak pernah pula ia lupa pada sebuah tempat yang telah merangkum airmatanya. dipeluknya erat dalam kenangan dan tiap kali gerimis datang, ia selalu berada di sana, duduk di bawah kanopi lusuh, berteman secangkir coklat hangat yang hampir dingin; seperti menanti seseorang yang ia tahu pasti tak akan datang.
setidaknya, ia tak pernah melewatkan meski sekali dalam semusim basah. sekedar melarutkan airmatanya sembari ia berjalan di bawah gerimis, meninggalkan cangkir coklat yang telah tiris di tempat kali pertama gerimis membuatnya tersenyum.
Batavia, 170411
oleh : sinyo april
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar